Palopo, Lagaligopos.com- Dibawah komando Andi Djemma Datu Luwu, rakyat Luwu berperang angkat senjata melawan tentara sekutu yang di boncengi oleh tentara NICA ( Nedelans Indiscehe Company Administration). Perang yang terjadi pada 23 Januari 1946 itu akan kembali terjadi pada tanggal yang sama tahun ini.
Tentunya itu bukan perang sungguhan, perang yang akan digelar pada 23 Januari tahun ini hanya bersifat simulasi saja. Simulasi perang ini merupakan rangkaian peringatan hari perlawanan rakyat Luwu. Tanggal itu sekarang diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Perlawanan Rakyat Luwu oleh empat wilayah administrasi pemerintahan yang ada di Tana Luwu dan daerah-daerah bekas wilayah kedatuan Luwu.
Rencana simulasi perang ini di sampaikan Datu Luwu Andi Maradang Makkulau di dampingi penanggung jawab kegiatan Musly Anwar saat Lagaligopos bertandang ke Istana kedatuan Luwu pada selasa (15/01/14).
Datu Luwu Andi Maradang Mackulau mengungkapkan, “momen peringatan hari perlawanan rakyat Luwu ini mestinya menjadi bahan refleksi bagi kita untuk mengenang sejarah serta memetik nilai dan sprit perjuangan dari para pahlawan kita dalam melawan berbagai bentuk penjajahan,” ungkapnya.
“Nah nilai dan sprit itulah yang senantiasa harus kita pelihara di Tana Luwu ini, penjajahan itukan tidak hanya dalam bentuk fisik, ujar Datu. karenanya kedatuan ini harus senantiasa kita ramaikan dengan berbagai macam kegiatan untuk mendekatkan diri dengan segenap masyarakat,” tambah Datu lagi.
Sementara itu Musly Anwar selaku penanggung Jawab kegiatan menggambarkan rencana Simulasi perang yang akan di gelar diareal Istana kedatuan pada rabu malam (22/01/14) mendatang.
“Simulasi perang ini akan di sutradarai oleh saudara Anjas, dan anak-anak yang menjadi pelakon dalam ilustrasi itu masih dalam tahap persiapan,” ucap Musly.
“Dalam pementasan, nantinya kita akan menampilkan lakon-lakon yang memicu Perlawanan Rakyat Luwu, mulai dari penghadagan iring-iringan Kopral Zerov di Bajo oleh Andi Sultani dan kawan-kawannya, yang berujung pada penikaman Kopral Zerov hingga tewas, kemudian sebagai bentuk reaksi tentara NICA pada tanggal 20-21 januari 1946 terjadi penggerebekan di Masjid Bua dan kediaman Madikka Bua untuk mencari para pemuda pelaku penikaman kopral Zerov”. Ungkap Musly Anwar.
“Penggerebekan inilah yang memicu kemarahan Datu Luwu Andi Djemma dan para pemuda karena ada dua simbol rakyat Luwu yang di ganggu yakni Agama dan Adat, yang melahirkan ultimatum terhadap tentara NICA untuk meninggalkan Palopo yang berakhir pada 23 Januari 1946, dan pada akhirnya perang pun pecah hampir di semua wilayah kedatuan Luwu, pertempuran meletus sepanjang tidak kurang 200 km yang berujung penangkapan Datu Luwu Andi Djemma pada 3 juli 1946 sampai meninggalnya Datu Luwu Andi Djemma, yah itualah kira-kira sedikit ilustrasi pementasan nantinya,” Ulas pemilik brand kadake ini.
Saat di tanya mengenai nilai yang bisa di petik dari pementasan nantinya, pria berambut gondrong ini menjawab, “Inikan semacam muatan lokal, karenanya kita menekankan kepada para pelakon bahwa pementasan ini bukan hanya sebatas teater, jadi bukan hanya nilai seninya yang kita liat, tapi disitu ada nilai sejarah, nilai-nilai historis yang dilakoni orang-orang Luwu di masa lalu, yang kemudian menjadi pemicu semangat kekinian untuk terus berkarya dan berbuat untuk Tana Luwu dengan mengambil nilai-nilai patriotisme rakyat Luwu di masa lalu”. Imbuhnya. (RPB)