BELOPA, LAGALIGOPOS.COM – Firman guru SMAN 1 Belopa mengaku kaget dengan pelaporan atas dirinya kepada polisi yang sudah di muat di beberapa media. Guru yang sudah bertahun-tahun mengajarkan mata pelajaran Biologi ini dikenal sebagai guru yang multifungsi di SMAN 1 Belopa. Selain mengajar guru ini juga selalu membawakan materi pengajian di mesjid-mesjid dan mushallah sekolah, dia juga akrab dengan siswa-siswa yang selalu bermasalah di SMAN 1 Belopa. (Baca: Guru SMAN 1 Belopa Di Duga Aniaya Siswa Hingga Patah Tulang)
Ketika Lagaligopos meminta keterangan di rumahnya di BTN Lamunre Belopa Utara. Firman membantah jika telah menganiaya Arif, siswanya yang duduk di kelas III IPA 7. Menurutnya, saat kejadian dia hanya bertanya dan menepuk lengan atas kanan Arif. Sambil tersenyum, mengaku sudah mengetahui hal itu lewat beberapa media online, ia kemudian menceritakan kronologis kejadian.
“Pada hari selasa seorang siswa yang bernama Akbar Lorosae menendang siswa di dalam kelas peristiwa itu terjadi saat saya keluar mushallah. Saya langsung ingin mengetahui masalah dan berusaha menahan Akbar namun dia lari keluar sekolah. Akhirnya saya kembali pada siswa yang di tendang dan membawa ke ruang BK. Saat itu di ruang BK ada beberapa masalah sehingga saat itu ruang BK sangat ramai. Pada saat itu banyak guru yang keluar masuk, pada saat saya masuk untuk kesekian kalinya Akbar siswa bermasalah yang telah lari ternyata sudah ada di dalam ruang BK”.
“Saat itu Akbar duduk di kursi Arif dan dua orang temannya duduk dilantai depan kursi yang di duduki Akbar. Saat itu saya tahu jika Arif dan dua orang temannya tidak ada masalah apa-apa di BK maka saya suruh keluar. Arif sebelum keluar membisikkan sesuatu pada Akbar Lorosae, saat itulah saya menegur Arif dengan bertanya ‘temanmukah itu Arif” sambil saya menepuk lengan kanan atasnya Arif. Sudah itu dia keluar dari ruangan tidak ada apa-apa tidak ada rintihan kesakitan dan tidak ada jatuh dan tidak ada rebah. Apalagi kalau tulangnya patah”. Jika memang patah sudah pasti dia merintih sakit.
“Setelah itu saya berdiri di emperan ruang BK, saya lihat Arif hendak memanjat pagar dan saya memanggil namanya untuk mencegah. Saya bilang “Arif, jangan panjat pagar”. Arif berkata “motorku ada diluar pak”. Saya tetap katakan “tidak boleh panjat pagar, kalau mau keluar lewat pintu sekolah”. Setelah itu tidak ada masalah dan saya menuju ruang guru”.
“Setelah lewat 2 jam mata pelajaran guru BK datang menyampaikan kepada saya jika Arif keberatan karna saya telah memukul dadanya. Saya kaget karna saya tidak pernah memukul bagian dada Arif yang saya lakukan tadi hanya menyapa dia sambil menepuk lengan atas tangannya. Itu adalah teguran dan sapaan akrab saya dengan Arif karna saya sudah kenal betul Arif selama ini”.
“Setelah itu dia keluar sekolah dan menelepon seorang guru yang bernama pak Agus dia mengatakan “saya keberatan pak dada saya di pukul oleh pak Firman”. Pak Agus pun meloudspeaker pembicaraan dengan Arif dan semua guru yang saat itu menyaksikan kejadian saya menegur Arif mendengarkan pembicaraan antara pak Agus dengan Arif. Setelah itu saya menuju kelasnya dia tidak ada di kelas”.
“Hari rabu saya mencari Arif di sekolah namun dia tidak masuk sekolah. Hari kamis pagi saya mendapati Arif bermain bulu tangkis dilapangan. Saat itu saya saksikan sendiri dia mengalahkan 2 orang temannya bermain bulu tangkis dan dia berhenti bermain mungkin karna kelelahan”.
“kemudian saya panggil dia ke ruang BK ditempat yang sama saat kejadian yang menurutnya saya memukul dadanya. Didalam ruangan terjadilah percakapan.Saya tanya “Arif, kamu mengaku kalau saya memukul kamu di bagian dada”. Arif berkata “iya pak, sampe saya muntah darah”. Akhirnya saya katakan saya tidak pernah memukul kamu di bagian dada namun tidak terjadi kesepakatan antara saya dengan Arif hingga akhirnya saya melakukan sumpah “Demi Allah saya tidak pernah memukul dada kamu”. Arif juga bersumpah jika dia tidak membela si Akbar. Arif berkata “mungkin bapak dalam keadaan emosi pada saat itu”. Saya sama sekali tidak emosi saya hanya menyapa/ bertanya sambil menepuk lengan atasnya”.
“Karna sudah bersumpah namun tidak ada kesepakatan akhirnya saya minta maaf kepada Arif. Saat itu dia memaafkan saya dengan sebuah syarat. Syarat yang di ajukan Arif adalah “saya maafkan asalkan Akbar Lorosae tidak dipindahkan atau di keluarkan dari sekolah ini”. Saya kaget dan saya katakan kami guru-guru disini belum pernah berfikir untuk mengeluarkan Akbar dari sekolah. Setelah itu Arif berkata “ah, ada guru yang keberatan pak karna anak yang ditendang Akbar, dan melanjutkan kasus Akbar ke polisi”. Saya katakan saya tidak tahu hal itu dan bagaimana jika betul di keluarkan. Arif kembali berkata yang menurut saya agak sedikit mengancam dengan berkata “ada apa-apa itu pak”.
“Setelah itu kepala sekolah menyampaikan kepada semua guru jika saya telah memukul siswa hingga di visum. Saya tidak tahu masalah ini hingga di visum karna Arif tidak sampaikan pada saya saat di BK. Arif di panggil oleh kepala sekolah. Saya tidak tahu apa yang di bicarakan dengan kepala sekolah. Setelah keluar saya nasehati Arif jika Akbar temannya di keluarkan sebaiknya dia tidak usah ikut campur dia mengiyakan, setelah itu menurut saya selesai”.
Firman menambahkan, dia cukup kenal dan akrab dengan Arif karna selalu bekerjasama dalam hal tertentu.
“Saya kenal betul dengan murid saya ini, karna ia selalu membantu saya untuk menangani siswa yang kesurupan”.
Guru ini juga menyampaikan keheranannya. Menurutnya mustahil seorang yang patah tulang bisa bermain bulu tangkis setelah kejadian dan Informasi dari seorang teman Arif yang bernama SB malam setelah kejadian Arif masih sempat bermain footsal.
“saya betul-betul heran, mana mungkin orang yang patah tulang karna tepukan saya pada hari selasa bisa bermain bulu tangkis tepat di depan mata saya pada hari kamis, bahkan menurut salahsatu temannya pada malam setelah kejadian Arif masih sempat bermain footsal”.
Terkait pelaporan ke polisi, Firman mengatakan siap unutk dipanggil oleh polisi untuk dimintai keterangan dan dia juga siap menunjukkan saksi-saksi jika dia tidak memukul Arif hingga jatuh dan patah tulang.
“saya siap dipanggil polisi untuk dimintai keterangan, saya juga ada saksi dari siswa dan guru-guru yang melihat kejadian saat itu, dan saya tidak pernah memukul Arif di bagian dada, saya hanya menepuk lengan atas tangan kanannya, tidak ada jatuh, rebah, rintihan kesakitan karna patah tulang,” tutup Firman.
Reporter: AC Editor: AS