PALOPO, LAGALIGOPOS.COM – Indonesia Nature Film Society (Infis) bekerjasama dengan Handcrafted Films dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mencoba mendokumentasikan seperti apa konflik yang terjadi dan bagaimana dengan situasi terakhir di Seko.
Dalam rilis yang diterima Lagaligopos, Film “Salombengan Seko” sebagai salah satu upaya meneruskan harapan Masyarakat Adat Seko yang nun jauh, suara yang diabaikan, suara yang dikriminalisasi, suara yang berharap kedamaian, keadilan namun dibungkam dengan penjara.
Kolaborasi ini sekaligus untuk memberi dukungan, membangun solidaritas mayarakat lebih luas terhadap Masyarakat Adat Seko. Sesungguhnya mereka telah membela lingkungan kita semua untuk tetap lebih baik dari ancaman kerusakan kualitas lingkungan dari parktik-praktik eksploitasi.
Dalam Kegiatan ini, sekaligus akan mendengarkan pengakuan Amisandi, dan beberapa masyarakat Seko Tengah mengenai apa yang selama ini mereka rasakan, dalam upaya menolak pembangunan PLTA Seko oleh PT. Seko Power Prima.
“Semoga masyarakat luas tahu kondisi masyarakat seko yang sebenarnya dan apa yang kami alami selama ini, dan saya mengharapkan bantuan dan solidaritas untuk kami dalam berjuang,” kata Amisandi dalam rilis yang diterima Lagaligopos, Rabu (9/8/2017).
Pemutaran Perdana Film ini dilaksanakan di Aula Serbaguna IAIN Palopo sebentar malam pukul 19.30 Wita atas kerjasama INFIS dan BEM IAIN Palopo, serta beberapa lembaga Mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Peduli Seko. Diantaranya; LPM To’ Ciung Unanda, Sema FISIP Unanda, Germas Lutra, PC. PMII Palopo, Pemilar, Gusdurian Palopo, Eksekutif LMND Palopo, Suladwiva[dot]co, dan Radio Swara Tokelakaju, Solidaritas Peduli Seko.
Kegiatan ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) pada tanggal 9 Agustus 2017. Persis 35 Tahun yang lalu sidang pertama Kelompok Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Masyarakat Adat. Khusus tahun ini Tema HIMAS adalah 10 Tahun Deklarasi PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat.
