MASAMBA, LAGALIGOPOS.COM – Dalam surat protes yang diterima Redaksi Lagaligopos dari Pengurus Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN), penolakan keberadaan PLTA di Seko Tengah yang dilakukan oleh ibu-ibu dengan mendatangi titik pengeboran diwilayah ratte Desa Embonnatana berakibat pada pemukulan pada perempuan oleh oknum polisi sampai pingsan pada kamis 2 Maret lalu. (Baca: Polemik PLTA Seko)
Surat protes yang ditujukan ke Mabes Polri itu juga menyebutkan tindakan represif anggota kepolisian yang bersenjata lengkap di tengah perkampungan warga. Ini telah menciptakan teror dan pengungsian warga dari kampung kelahirannya.
Agar terciptanya rasa aman di masyarakat, PPMAN juga meminta kepada Kapolri agar memerintahkan Kapolres Luwu Utara untuk menarik seluruh anggota kepolisian di wilayah Seko.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Luwu Utara AKBP Dhafi mengatakan bahwa tidak ada pemukulan yang dilakukan petugas kepolisian di Seko, mereka hanya berupaya menghentikan upaya beberapa orang yang menghalangi petugas perusahaan bekerja mengambil sampel.
“Tidak ada pemukulan dan kalo ada saya akan proses anggota yang melakukan pemukulan. Sementara hasil pemeriksaan terhadap saksi di lapangan dan warga setempat menunjukkan adanya upaya untuk menghalangi petugas perusahaan yang akan melakukan pengambikan sampel sehingga dilakukan penyekatan oleh angota polri dan terjadi baku dorong sehingga ada salah seorang ibu yg terjatuh,” ungkapnya, Kamis (09/3/2017).
Dhafi melanjutkan, warga yang menghalangi kegiatan ini juga bukan dari warga dusun setempat melainkan dari dusun atau warga desa lain yang justru tidak terkena dampak langsung dari pembangunan PLTA. (Baca: Polemik PLTA Seko)
Reporter: Acep Crisandi
Editor: Rima Tumbo