MASAMBA, LAGALIGOPOS.COM – Konflik antara warga Desa Kopi-Kopi dan Desa Karangan dikhawatirkan mengarah ke isu etnis. Untuk itu, empat kepala daerah di Luwu Raya mengadakan pertemuan di Kecamatan Bone-Bone, Ahad, 12 Oktober 2014.
Wakil Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani di hadapan tiga bupati di Luwu Raya mengatakan konflik di Luwu Utara sudah mulai mengarah ke isu etnis, sehingga perlu penanganan serius.
“Kami melihat konflik ini sudah mengarah ke etnis. Mereka yang ditangkap polisi mengaku dari luar daerah Luwu Utara. Saat beraksi, perusuh ini menggunakan tanda atau simbol,” kata Indah Putri Indriani saat memimpin rapat di aula Kecamatan Bone-Bone.
Rapat dihadiri Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma, Bupati Luwu Andi Mudzakkar, Wali Kota Palopo Judas Amir, Kapolres Luwu Utara Ajun Komisaris Besar Hery Marwanto, Kapolres Luwu Alan Gerrit Abast, Kapolres Palopo Muhammad Guntur Tanjung, dan Komandan Kodim 1403 Sawerigading Letnan Kolonel Inanteri Aco Lamama.
Dalam rapat tersebut, Indah menyampaikan permohonan maafnya karena Bupati Luwu Utara Arifin Djunaidi tidak dapat mengikuti rapat tersebut. Arifin saat ini berada di Kecamatan Seko.
Indah juga mengkonfirmasikan kabar bahwa, akibat konflik tersebut, ratusan penduduk Desa Kopi-Kopi dan Desa Karangan memilih mengungsi ke daerah yang aman. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara juga sudah menginventarisasi jumlah warga yang mengungsi serta total kerugian yang diderita. “Sampai saat ini, tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Luwu Utara) masih bekerja di lapangan, menghitung jumlah kerugian serta jumlah warga yang mengungsi,” ujarnya.
Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma mengatakan konflik antarwarga tidak hanya terjadi di Luwu Utara, tapi juga di hampir seluruh wilayah yang berdekatan dengan kabupaten itu. Karena itu, pemerintah daerah terkait harus mampu mendukung aparat keamanan dengan menyediakan logistik.
“Sudah satu bulan ini warga Kopi-Kopi dan Karangan tidak bisa tidur nyenyak. Kasus ini harus diselesaikan secepatnya, jangan dibiarkan berlarut-larut. Kami siap membantu,” kata Hatta.
Menurut dia, perdamaian di Luwu Utara adalah kepentingan seluruh warga Luwu Raya, sehingga semua pihak harus serius menyelesaikan permasalahan yang sudah sekian tahun terjadi itu.
Kapolres Luwu Utara Ajun Komisaris Besar Hery Marwanto, mengatakan, dalam bentrokan Sabtu, 11 Oktober 2014, 18 rumah dibakar massa dan dua lainnya rusak berat. Salah satu rumah yang dibakar adalah milik mantan Ketua DPRD Luwu Utara Muhammad Basir. Rumah mewah politikus Partai Golkar ini rata dengan tanah.
“Untuk sementara kami sudah menangkap 18 warga yang diduga sebagai pelaku pembakaran dan bentrokan, puluhan senjata tajam, busur, papporo (senjata api rakitan), dan bom molotov kami amakan saat melakukan penyisiran di rumah-rumah warga, baik dari desa Kopi-Kopi maupun Desa Karangan,” kata Hery Marwanto.
Hery menambahkan, selain 18 rumah, dua unit mobil dan tiga sepeda motor juga dibakar massa. Aparat masih bersiaga di lokasi kejadian. Ratusan personel Brimob Polres Luwu Utara dan TNI dari Yonif 721 Makkasau berjaga di perbatasan Desa Kopi-Kopi dan Karangan.
Sumber: Tempo.co