Walmas, Lagaligopos.com – Insiden Pembubaran paksa dan pembersihan jalan Poros Trans Sulawesi yang berlangsung tadi sore dikecam oleh mahasiswa. Mereka menganggap banyak informasi bohong yang tidak seperti fakta dilapangan.
Diantara kebohongan-kebohongan yang dimaksut oleh mahasiswa adalah bahwa aparat hanya menggunakan peluru karet, dan aksi menuntut pemekaran Luwu Tengah itu hanya bias dari kekecewaan Pilkada Luwu beberapa waktu lalu.
“Kami meminta agar Bapak Kapolri baru melihat fakta lapangan dengan jernih, polisi menembaki kami menggunakan peluru tajam, bukan peluru karet, karena tidak mungkin peluru karet itu menembus dada kami atau menghancurkan tulang kaki kami. Lihat korban yang meninggal dan puluhan korban luka lainnya, itu semua terkena peluru tajam,” ucap Sumartono, jenral lapangan aksi Luwu Tengah, Selasa (12/11/2013).
Sumanto melanjutkan, “Tidak benar juga bahwa ini adalah bias kekecewaan dari Pilkada Luwu, itu semua bohong, jangan dengar opini dari politisi, coba saja wawancarai masyarakat secara langsung, disitu lah sebenarnya sumber fakta yang harus dirujuk. Ini adalah inspirasi murni masyarakat Walmas, masyarakat sangat mau daerah mereka di mekarkan,” kata Sumanto.
Saat ini, ratusan mahasiswa dan warga yang masih berada dalam hutan, bersama mereka ada dua korban benama Aldo yang terus mengalami pendarahan karena terkena peluru tajam di paha kanannya, yang satu lagi terkena peluru karet di pinggang kirinya, kata Sumartono kepada Lagaligopos via telepon.
Dari pantauan Lagaligopos, saat ini suasana di sepanjang jalan Kecamatan Lamasi sangat hening, tampak rumah warga seperti tak berpenghuni karena mereka memadamkan lampu dirumahnya. Telihat juga aparat kepolisian masih berjaga-jaga dilokasi. (Fz)