BELOPA, LAGALIGOPOS.COM – Komisioner Bawaslu Kabupaten Luwu Kaharuddin Anshar menyampaikan pesan penting dalam dialog yang dilaksanakan Ikatan Pemuda Mahasiswa Luwu (IPMAL) di Padang Sappa, Jumat (24/01/2020)
Dialog tersebut merupakan satu agenda Milad IPMAL ke-11. Selain Komisioner Bawaslu Kabupaten Luwu hadir pula narasumber lain yaitu Ketua DPRD Luwu, Ketua KNPI Sul-Sel, Kasat Reskrim Polres Luwu serta dari Dispora Pemerintah Kabupaten Luwu.
Dalam paparannya Kaharuddin Anshar menekankan pentingnya membaca wajah generasi millenial, ragam tantangannya, serta bagaimana pentingnya peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Generasi Millenial ini adalah generasi yang lahir di era 1980 – 2000, memilki tantangan besar di tengah akrabnya waktu mereka atau jika tidak ingin dikatakan habis dengan mesin pencarian google.
Kondisi ini, kata dia, membuat tak selamanya kita harus membicarakan pendidikan dan meminorkan kebudayaan. Karena kebudayaan penting untuk memagari masa depan anak muda.
Lebih lanjut, Kahar menjelaskan, anggaran pendidikan mungkin tak membicarakan kebudayaan, padahal kebudayaan itu yang memagari serta menampakkan bagaimana daerah itu besar atau tidak, misalnya apakah komunitas-komunitas seperti komunitas literasi, komunitas seni, organ-organ kepemudaan mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.
Alumni Pasca Sarjana UMI ini juga menyorot Politik uang sebagai problem serius di level politik praktis, ia menjelaskan bahwa meningkatnya jumlah lulusan kampus dari tahun ke tahun juga tak membuat isu politik uang mereda atau bahkan hilang sama sekali.
“Problem utama kita disoal kepemudaan misalnya dari tahun ketahun dunia pendidikan mengeluarkan lulusannya, namun irisan isu politik uang tak justru meredup. Itu artinya ada problem besar di dunia pendidikan kita hari ini,” ujarnya.
Misalnya di suatu desa tertentu, setiap rumah mungkin memilki anggota keluarga yang mengenyam pendidikan di dunia kampus, tapi faktanya politik uang justru menjadi permasalah setiap waktu, Institus Pendidikan harus berbenah secara serius.
“Faktor utama penentu masa depan demokrasi kita, ada ditangan pemuda. Pemuda yang mau bersetia kawan dengan kejujuran, kempampuan berpikir kritis untuk menjaga martabat serta kualitas demokrasi kita,” tutupnya. (**)