BERITA PILIHAN

Bubung Rajeng, Situs Budaya Luwu di Pugar

Belopa, Lagaligopos.com – Melalui Dinas Pariwisata dan Budaya Kab. Luwu, Bubung Rajeng akhirnya di bangun kembali. Tempat yang dulunya seperti kubangan di belakang rumah warga kini dalam proses pembangunan.

Bubung Rajeng merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah Luwu. Hal ini disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat Andi Tosaddakati di kediamannya di Kelurahan Balo-balo. Andi Tosaddakati merupakan suami dari Almarhum Rajeng Andi Amirah.

Andi Saddakati menjelaskan jika Bubung Rajeng adalah sebuah mata air yang digunakan mandi oleh Rajeng pertama. Umur dari mata air ini sudah 500 tahun dan setiap ada orang yang akan dilantik menjadi Rajeng oleh Datuk Luwu di basuh dengan air yang berasal dari mata air itu.

“Bubung Rajeng ini sudah berumur selama 500 tahun lebih dan dari Rajeng pertama selalu mandi di tempat itu. Hiungga Rajeng yang kedua dan yang kelima Andi Amirah ketika dilantik wajahnya dibasuh dengan air yang berasal dari tempat itu. Andi Amirah dilantik tahun 1960-an,” ucap Saddakati, Rabu, (18/12/2013).

Andi Saddakati juga menjelaskan tentang penyebab sumur ini tak terurus selama beberapa puluh tahun.

“mata air dari Bubung Rajeng dianggap mempunyai berkah sehingga tak heran jika banyak orang dari berbagai tempat datang kesitu mengambil airnya seperti untuk obat aatau sekedar diambil berkah saja, hingga saat pemberontakan DI/TII tempat yang seperti itu dilarang dan Bubung Rajeng  tidak lagi terurus walaupun masyarakat tahu Bubung Rajeng tempatnya di situ karna masih ada sampai sekarang orang-orang yang datang mengambil airnya dan banyak tempat-tempat sejarah yang di sakralkan tidak lagi terurus selama masa DI/TII,” kenang Saddakati.

Sementara itu salah satu orang warga yang ikut memperbaiki Bubung Rajeng juga mengatakan,, “baru beberapa hari kami bekerja memperbaiki tempat ini sudah ada sekitar 2 keluarga yang datang mengambil airnya”.

Sementara itu Dinas Pariwisata Kab. Luwu mengatakan, “Bubung Rajeng ini mempunyai nilai sejarah dan nilai budaya Luwu sehingga dengan itu perlu di jaga sebagai sebuah bagian dari sejarah Luwu”. (AC)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top