BERITA PILIHAN

Di Tengah Wabah Corona, Masyarakat Bastem Diisolasi Longsor

BELOPA, LAGALIGOPOS.COM – Bastem salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu yang berada di dataran tinggi. Di tengah menghadapi kewaspadaan pada wabah virus corona/covid-19, masyarakat Bastem juga harus menghadapi masalah akibat musim hujan. Mereka diisolasi longsor di dalam wilayah mereka.

Beberapa minggu terakhir hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Luwu, menyebabkan sejumlah ruas jalan di Kecamatan Bastem terputus karena longsor.

Jika bukan longsor maka warga harus berhati-hati dengan kondisi jalan yang licin saat mengendarai sepeda motor.

Bupati Luwu Basmin Mattayang telah menerbitkan surat edaran No. 555/323/DKISP/III/2020 tentang pencegahan virus corona untuk wilayah Kabupaten Luwu, yang memastikan adanya imbauan untuk tidak terlalu beraktifitas di luar rumah.

Baca Juga: Cegah Corona, Bupati Luwu Keluarkan Surat Edaran: Arisan hingga Pernikahan Ditunda

Masyarakat Bastem mau tak mau harus tetap beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu caranya adalah keluar membeli di Kota Palopo atau beberapa ibu kota kecamatan di Kabupaten Luwu.

Bersamaan dengan itu saat musim penghujan, sudah dipastikan masyarakat Bastem akan berhadapan dengan kondisi akses jalan yang buruk.

Jalan poros Palopo-Bastem-Toraja tepatnya di desa Bonglo terdapat lebih dari 5 titik longsor. longsor paling parah berada di dekat perbatasan Palopo dan Luwu, merupakan satu-satunya akses masyarakat Bastem dari Palopo atau sebaliknya.

Begitu pun jalur Bua-Bastem-Toraja terjadi banyak longsor, lebih 10 titik dan jalan licin berlumpur sehingga tdak bisa dilalui kendaraan roda 4.

Pengendara Motor harus berusaha melewati lumpur yang menenggelamkan ban motor, agar kebutuhan mereka yang telah dibeli bisa sampai di desa.

Ridwan Bakokang salah satu Anggota Legeslatif Luwu mengatakan dirinya telah memantau langsung kondisi jalan-jalan di Bastem yang dilaporkan warga tertutup karena longsor.

Saat ini, kata Ridwan, sejumlah jalan tetap bisa dilalui dengan bergotongroyong bersama warga.

Namun beberapa titik yang parah tidak bisa dibuka karena tidak adanya alat berat yang difungsikan. Hingga kendaraan harus dipikul agar dapat melalui tempat longsor.

Ridwan menambahkan, salah satu jalan yang longsor tersebut adalah jalan yang baru saja dikerja dengan anggaran provinsi sebesar 6 miliar untuk pelebaran jalan.

“Bebarapa titik longsor bisa dilalui setelah mengajak warga bergotongroyong, namun beberapa titik tidak bisa dibuka hingga kendaraan harus dipikul,” kata Ridwan, Rabu (1/4/2020).

Baca Juga: Ratu Luwu Serukan Luwu Raya Lockdown

Beberapa masyarakat tidak mau mengambil resiko melalui akses yang sulit karena longsor, hingga memilih melewati jalan lain untuk sampai ke kota.

Jarak tempuh untuk masyarakat Bastem sebelum longsor kurang lebih 65 kilometer. Sekarang harus memutar melalui kecamatan Latimojong menuju Palopo yang jarangnya nyaris dua kali lipat dari itu.

Ridwan menambahkan, masyarakat Bastem saat ini harus berhadapan dengan dua persoalan yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Bastem, selain adanya imbauan pembatasan aktifitas, namun untuk memenuhi kebutuhan yang hanya bisa di dapatkan di luar Bastem masyarakat harus keluar.

Selain itu ada hal yang sangat disayangkan oleh Ridwan dan sebagia masyarakat Bastem. Keberadaan alat berat yang sejak dulu ditempatkan di Bastem untuk membantu masyarakat saat terjadi longsor, kini tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Jika bukan masyarakat sendiri berusaha maka tak akan jalan yang bisa dilalui. Sementara alat berat tersebut sudah harusnya difungsikan.

Sudah dua hari longsor menutup badan jalan, belum ada tanda-tanda alat berat difungsikan sebagaimana mestinya.

“Setahu saya alat berat itu sudah harus difungsikan sebagaimana mestinya, agar masyarakat tetap bisa melalui jalan. Apalagi saat ini musim hujan dan banyak longsor,” kata Ridwan. (**)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top