OPINI | Ontologi kepura-puraan adalah dunia’ citra. para politikus biasanya menggunakan media baliho, stiker atau media yang lain untuk menampilkan sesuatu yang semu itu. meskipun suatu hal yang tidak benar terjadi maka ia harus dilekatkan sebagai suatu hal yang benar terjadi begitupun juga sebaliknya.
Kebutuhannya adalah memasukkan tujuan mereka untuk menguasai massa. Citra yang dibentuk berbeda dengan fakta yang ada.
Namun, kota palopo menunjukkan hal yang berbeda, ‘media’ yang digunakan sebagai alat membentuk realitas palsu itu tidak bisa menjadi alat lagi. Judas Amir dan Ome berpisah dalam dunia citra, dunia yang bisa dikatakan sebagai dunia yang membolehkan kepura-kepuraan ada dan tampil secara wajar. Namun pada kenyataannya keduanya berpisah dalam media (baliho, stiker dan lain lain). Setiap ada gambar Judas sudah pasti tidak ada ome, begitu juga sebaliknya.
Dunia citra, kepura-kepuraan tidak bisa melekatkan dua pasangan ini walikota dan wakil walikota. Kita bisa menarik kesimpulan bahwa terjadi puncak disharmoni dalam pemerintahan dianatara keduanya. Sebab dalam dunia yang mebolehkan kepura-puraan sebagai hal yang boleh tidak bisa lagi menjadi media untuk memenuhi kebutuhan itu. Memengaruhi masyarakat bahwa tidak ada disharmoni diantara keduanya
Dalam dunia citra, keduanya boleh saja bersama-sama dalam media itu, namun sekaligus dibolehkan berpisah dalam kenyataan. Paling tidak memeberikan suatu nilai etik kepada masyarakat bahwa yang berpasangan itu mesti berpasangan dalam suatu media gambar. Ataukah juga menyampaikan kepada yang awam – tidak bersentuhan langsung dengan pemerintahan bahwa tidak terjadi apa-apa.
Berpisahnya gambar Judas Amir dan Ome pasangan walikota dan wakil walikota palopo ini menunjukkan bahwa disharmoni diantara keduanya telah sampai pada puncak yang paling ekstrim. Saya, tukang becak, tukang ojek, buruh bangunan sampai elit tingkat atas mengetahui itu.
Gambar sebagai bukan diri keduanya berpisah, berpisah dalam kepura – kepuraan. Berpisah dengan pasangan dalam pemerintahan yang bukan karena sebab subtansial (untuk masyarakat).
Palopo riwayatmu kini, siapa yang memisahkan diri , tentunya pembaca lebih mengetahui dari penulis.
Oleh: Hajar