LAGALIGOPOS.COM – Maraknya pemerkosan anak dibawah umur akhir-akhir ini meresahkan masyarakat. Menurut data ECPAT, sebuah lembaga internasional yang yang bekerja untuk menentang eksploitasi seksual mencatat, mulai September 2016 hingga Februari 2017, ada enam kasus kejahatan anak dengan jumlah korban yang cukup besar, yakni 157 anak. Kasus ini tersebar di empat provinsi dan enam kabupaten di Indonesia.
Kasus terbaru adalah pemerkosaan siswi SMP yang dilakukan oleh 21 pria di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. (Baca: 21 Pemuda Perkosa Siswi SMP di Luwu, 14 Pelaku Berhasil Ditangkap).
Dilansir dari kompas.com, cara mengenali pedofil, jika mereka ada di sekitar kita, bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, tidak ada ciri sangat khusus yang membedakan mereka dengan orang lainnya.
Umumnya pedofil suka dekat dengan anak-anak. Tapi, tidak semua yang dekat dengan anak-anak pasti pedofil. Perlu diingat juga, tidak semua pedofil adalah pelaku kejahatan seksual.
Meski tidak ada ciri khusus dari para pedofil ini, menurut yayasan nirlaba yang bergerak di bidang kesejahteraan anak Educate and Empower Kids, orangtua bisa mewaspadai seseorang yang menunjukkan ciri umum:
1. Seorang predator seks, mungkin memberi perhatian khusus kepada anak dan membuat anak merasa istimewa. Mereka akan cenderung untuk mencoba untuk memenangkan kasih sayang anak dengan sering memberi hadiah.
Contohnya,”Saya punya sekotak permen, yuk kita berbagi.” Atau, kepada anak yang lebih tua, mungkin mereka akan mengatakan, “Kamu suka grup musik X? Saya punya tiket konsernya untuk kita. Itu juga band favorit saya.”
2. Mereka mungkin mengisolasi anak dengan melibatkannya dalam kegiatan yang menyenangkan yang mengharuskan mereka untuk menyendiri bersama-sama.
3. Mereka juga mungkin akan mencoba menyentuh anak di depan Anda, orangtuanya, supaya anak berpikir bahwa Anda tidak keberatan jika dia disentuh oleh Si Predator.
Sentuhannya berupa sentuhan sederhana tepukan di pundak, atau meminta pelukan selamat tinggal. Mereka tidak akan memaksakan sebuah sentuhan untuk menghindari kecurigaan.
4. Perlu diingat bahwa kontak fisik pertama antara predator dengan korban sering bersifat non-seksual yang dirancang untuk memengaruhi anak.
Tujuannya, supaya anak nyaman dan bisa disentuh, sehingga jalan untuk melakukan aktivitas seksual menjadi lebih terbuka.
5. Seorang predator mungkin juga akan mengambil keuntungan dari rasa ingin tahu alami anak tentang seks.
Caranya, mereka akan mengatakan lelucon yang “jorok”, atau mengajak anak bermain permainan yang mengarah ke aktivitas seks.
6. Seorang predator, secara diam-diam, memerhatikan apa yang menjadi kesukaan anak supaya bisa memikat anak dengan menawarkan apa yang anak sukai.
Setelah anak terpikat, tidak menutup kemungkinan, mereka akan ditawari mencoba narkoba atau alkohol juga.
Setelah beberapa saat, predator akan meminta anak mengakses media porno sebagai balasan atas pemberian mereka selama ini. Dalam meminta, mereka tidak akan menggunakan cara kasar atau memaksa. Mereka lebih percaya keampuhan bujuk rayu.
7. Seorang predator juga kerap menampilkan dirinya sebagai pendengar yang simpatik ketika orangtua dan teman mengecewakan anak.
Predator sering menarget anak yang merasa terisolasi dari teman dan keluarganya.
8. Seorang predator sering memerlakukan korban sebagai orang yang istimewa dalam “hubungan” mereka.
Mereka akan berpura-pura berbagi rahasia penting kepada anak, membuat anak merasa dipercaya dan diistimewakan. Ujungnya, anak juga diminta berbagi sesuatu yang penting dengan Si Predator.
Sumber: Kompas.com