MASAMBA, LAGALIGOPOS.COM – Tingkat kepuasaan masyarakat Kabupaten Luwu Utara (Lutra) kepada bupati Lutra, Arifin Junaidi dan wakilnya, Indah Putri Indriani selama Lima tahun memimpin merupakan penentu bagi kedua figur yang berniat maju kembali pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 9 Desember mendatang.
Meski peluang keterpilihan incumbent di setiap kontestasi pilkada lebih diunggulkan diatas kertas, namun ketidakpuasan rakyat menjadi ganjalan yang cukup serius bagi petahana Bupati, Arifin Junaidi dan Wakilnya Indah Putri Indriani di Pilkada Lutra.
“Masyarakat telah mengetahui gaya kepemimpinan kedua figur dalam menahkodai Lutra. Pastinya ada yang senang dan ada yang tidak puas. Apabila, selama memimpin beri perubahan yang siknifikan pada pembangunan, terlihat pesat dan masyarakat merasakan kesejahteraannya meningkat. Maka peluang untuk terpilih kembali sangat terbuka lebar,” kata pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Aswan, Minggu (26/4/15).
Menurut dia, sebaliknya, apabila selama periode kepemimpinan Arifin dan Indah tidak bisa memenuhi keinginan mendasar masyarakat dan tidak memberikan perubahan serta pembangunan berjalan staknan. Rasa ketidak puasan mayoritas masyarakat akan timbul dan rawan menjadi ganjalan bagi ke dua figur ini di Pilkada mendatang.
Dosen Ilmu komunikasi ini menilai, bila melihat kondisi Lutra pada sektor keamanan dan ketertiban masyarakat dalam kurun Lima tahun terakhir, kemungkinannya masyarakat akan memberikan penilaian yang rendah. Pasalnya, masyarakat sulit mendapat rasa aman dan aktifitas dan ketentraman terusik akibat konflik antar warga yang kerap terjadi di sejumlah wilayah di Lutra.
“Masalah aman dan tentram cukup berpengaruh pada sektor investasi dan penanaman modal. Soalnya investor tidak berminat menginvestasikan modalnya pada daerah yang tidak aman lantaran seringkali terjadi konflik antar warga dan secara otomatis hal ini berpengaruh pada tidak ketersediannya lapangan pekerjaan,” kata lulusan pasca sarjana Unhas ini.
Aswan menyatakan, sektor pertanian, yang diupayakan sebagai penopang laju pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Lutra pada priode kepemimpinan pasangan Arifin dan Indah ini tidak sesuai harapan. Padahal mayoritas masyarakat di Lutra bermatapencarian sebagai petani, atau sekitar 53.869 rumah tangga usaha pertanian dengan jumlah lahan perkebunan terbentang luas.
Kakao, lanjut Aswan, yang merupakan salahsatu komiditas perkebunan potensial di Lutra, menunjukan penurunan, kian hari lahan perkebunan kakao terus mengalami pengurangan akibat pergeseran petani beralih tanam kelapa sawit. Meski hasil panen melimpah namun tidak adanya pabrik pengolahan kelapa sawit yang beroperasi di Lutra jadi persoalan serius bagi petani. Masih minimnya irigasi ke area persawaahan dan kurangnya infrastruktur jalan tani menjadi kendala mendasar para petani.
Sementara pada bidang penyelenggaraan pemerintahan, ketidak harmonisan bupati dan wakilnya terlihat jelas berpengaruh pada lingkungan kerja. Pegawai dilingkup Pemda Lutra terkotak-kotak, mutasi menghantui pejabat lantaran berdasarkan kepentingan politik dan berasaskan suka atau tidak suka, sehingga berdampak tidak maksimalnya pelayanan kepada masyarakat.
Aswan menambahkan, banyaknya tindak pidana korupsi yang menjerat pejabat lingkup Pemda Lutra serta adanya pungutan, pemotongan, dan tertundanya pembayaran dana kesra PNS mewarnai jalannya roda pemerintahan.
“Namun hal itu tidak mempengaruhi kesuksesan Pemda Lutra dalam mengumpulkan puluhan predikat penghargaan dari berbagai bidang pada tingkat lokal maupun nasional,” tambahnya.
Reporter: Ai
Editor: Rival Pasau
