MALILI, LAGALIGOPOS.COM – Kompleks Danau Malili yang terdiri atas tiga danau besar yaitu Matano, Mahalona dan Towuti, dianggap sebagai warisan dunia. Tiga Danau purba yang terletak di Luwu Timur ini memiliki daya tarik tersendiri, seperti hewan dan tumbuhan endemik.
Hal ini menjadikan kompleks Danau Malili sebagai tujuan penelitian banyak orang. Namun di balik kepopulerannya, penelitian tentang tiga danau ini dianggap tak memberi kontribusi apa-apa.
Penelitian di kompleks Danau Malili telah banyak dilakukan oleh sejumlah akademisi dari berbagai universitas dalam dan luar negeri. Namun, pasca penelitian Pemeritah Luwu Timur hanya mendapatkan laporan tanpa ada hasil yang bisa di aplikasikan untuk tiga danau besar di kompleks danau Malili.
Zainuddin selaku kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan menjelaskan, seharusnya hasil penelitian memiliki kontribusi positif yang bisa diaplikasikan untuk kesejahteraan masyatakat, bukan hanya sekedar informasi hasil penelitian.
“Potensi dari tiga danau ini begitu besar, dan telah banyak penelitian di danau tersebut. Namun kita belum pernah mendapatkan hasil penelitian itu sesuatu yang bisa diaplikasikan untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar danau,” kata Zainuddin saat Launching Program Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dan Perencanaan Tata Ruang di Kompleks Danau Malili beberapa waktu lalu.
Hal senada juga disampaikan Staf Ahli Bidang Pembangunan Luwu Timur, Zakaria. Ia menilai, kerjasama dalam berbagai hal untuk kompleks danau Malili bukan hal baru. Sejak dulu ada banyak lembaga yang masuk di wilayah danau dan ada banyak hasil-hasil riset yang sudah dilakukan.
Zakaria berharap agar kompleks danau Malili ini bisa di branding hingga tingkat internasional, dan perlu penggalian potensi utamanya potensi wisata, yang bisa memberi dampak positif bagi Luwu Timur.
“Seharusnya hasil-hasil dari penelitian dan program itu kita jadikan referensi untuk mengembang dan melestarikan danau,” harapnya.
Dari data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dipaparkan oleh Perkumpulan Wallacea Palopo, terdapat beberapa potensi hewan endemic di tiga danau ini. Sekitar 29 jenis ikan 19 tak ditemukan di tempat lain. 13-15 jenis udang, 7 jenis tanaman endemic, 12 molusca, 17 jenis ikan endemic.
“Potensi besar dari tiga danau ini begitu besar, namun juga memiliki ancaman besar terhadap keunikannya,” ungkap Direktur Perkumpulan Wallacea, Basri Andang.
Basri menilai jika tak ada usaha bersama yang melibatkan pemerintah, masyarakat dan lembaga independent, baik yang bergerak di bidang lingkungan, social dan penelitian, maka bisa saja dalam beberapa puluh tahun kedepan kekayaan tiga danau yang tak ada di tempat lain akan hilang. “Keunikan komplek danau Malili hanya akan tinggal cerita. Tiga danau ini harus menjadi perhatian karena selain sebagai warisan dunia juga keanekaragaman hayati.” ujar Basri.
Dalam setahun terakhir Perkumpulan Wallacea telah menjalankan program perlindungan DTA Danau Matano di duan desa, Desa Nuha dan Matano. Dalam kurun dua tahun kedepan 2017 hingga 2019 Perkumpulan Wallacea akan menjalankan program Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dan Perencanaan Tata Ruang di Kompleks Danau Malili. Bekerjasama dengan Burung Indonesia dan CEPF (Critical Ecosystem Partnership Fund).
Progam ini akan dilaksanakan di tiga danau besar Kompleks Danau Malili dan empat desa, Desa Matano dan Nuha di pesisir danau Matano, Desa Tole di pesisir danau Mahalona dan Desa Bantilang di pesisir danau Towuti.