LAGALIGOPOS.COM – Di Indonesia, United Kingdom (UK) dan Benua Eropa pada umumnya terkenal sebagai tempat dengan segudang universitas kelas dunia. Banyak orang dari belahan dunia berlomba-lomba datang menuntut ilmu.
Memang sejak dahulu universitas-universitas di Eropa terkenal sebagai pusat kemajuan ilmu pengetahuan. Tak hanya itu, Eropa juga dikenal sebagai salah satu pusat sejarah, kesenian, dan kebudayaan.
Wajar jika kuliah di Eropa menjadi impian banyak orang Indonesia. Saat ini, dari banyak negara, UK adalah salah satu negara yang populer sebagai tujuan pelajar-pelajar Indonesia.
Mau tahu bagaimana serunya belajar di sana? Berikut ini bincang-bincang Lagaligopos dengan Sukirman, salah satu Mahasiswa S3 di Queen’s University of Belfast, UK.

LP: Kenapa Kamu memilih melanjutkan kuliah di kampus itu?
Sukirman: Ada beberapa alasan mengapa saya memilih kampus tersebut.
Pertama, Queen’s University of Belfast adalah kelompok Russell Group University (kelompok kampus yang paling bergengsi di UK)
Kedua, kualitas supervisor yang tidak diragukan lagi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah publikasi mereka di Jurnal International bereputasi di bidang TESOL sangat banyak. Selain itu, para supervisor betul-betul ahli dibidangnya dengan pengalaman mengajar dan membimbing begitu lama.
Ketiga, lingkungan di sini sangat mendukung untuk pengembangan akademik yang sehat.
Keempat, biaya hidup di sini sangat murah di banding daerah lain di UK, bahkan di beberapa negara seperti Australia.
Kelima, lokasi kampus yang tidak begitu ramai membuat suasana belajar kondusif.
LP: Kamu mengambil jurusan Education dengan konsentrasi ELT Curriculums in Islamic Higher Education in Indonesia (kurikulum Pendidikan Bahasa Ingris di PTKI), bisa ceritakan sedikit mengenai jurusan itu?
Sukirman: Saya sangat tertarik dengan kajian kurikulum bahasa Inggris di PTKI karena pengalaman saya melihat masih banyak gaps yang terjadi antara apa yang dipahami dengan apa yang dilakukan di lapangan, hal ini dibuktikan dengan minimnya jumlah publikasi di open scesa journal tentang kurikulum di PTKI. Singkatnya secara umum saya melihat kita banyak fokus pada pengembangannya tetap masih sangat kurang yang mencoba untuk mengevaluasi ELT curriculum secara mendalam di PTKI.
LP: Apa saja yang kamu pelajari di jurusan ini?
Sukirman: Pertanyaan ini menarik. Program Ph.D di sini tidak memiliki modul (mata kuliah). Tidak ada kelas, kita hanya fokus pada topik penelitian masing-masing dengan memperbanyak membaca artikel dan buku, dan kemudian mereview artikel yang kita baca. Jadi tidak ada perkuliahan yang penuh dengan tugas presentasi seperti di Indonesia.
LP: Dari proses studi yang kamu lalu sampai saat ini, apa yang paling membuatmu terkesan?
Sukirman: Karena tidak ada mata kuliah, maka yang paling berkesan adalah kegiatan membaca dan menulis proposal. Kelihatannya simpel tapi butuh critical thinking dan academic writing yang mumpuni. Terkadang kita sudah menulis beberapa ribu kata tapi pas bimbingan tulisan kita dianggap sampah (your work is rubbish). Di sinilah suka dukanya kuliah S3 di Luar Negeri. Harus tahan banting dengan tugas bacaan dan menulis, serta harus kuat menerima kritikan-kritikan pembimbing.
LP: Apa sih perbedaan cara belajar di Indonesia dengan di UK?
Sukirman: Secara umum sangat berbeda, baik dari segi akademik maupun manajemen. Di sini kita betul-betul digembleng untuk selalu membaca secara kritis dan menulis hasil bacaan kita sesuai dengan standar akademik writing. Setiap tulisan kita betul-betul diperiksa dengan teliti oleh supervisor, mereka selalu memberikan feedback yang membangun sesuai dengan kerja kita. Hal ini mungkin yang jarang terjadi di Indonesia, dimana terkadang dosen pembimbing tidak memiliki waktu untuk mengoreksi tulisan mahasiswa bimbingannya dan kurang memberikan feedback.
Kuliah di sini betul-betul diselenggarkan dengan fasilitas yang super lengkap, terutama perpustakaan dan e-recourses yang bisa digunakan untuk mengakses jurnal International bereputasi secara gratis. Nah, di Indonesia, hanya sebagian kampus yang memiliki fasilitas seperti ini kepada mahasiswanya. Pada umumnya kampus-kampus di Indonesia masih memiliki keterbatasan fasilitas yang bisa mendukung kehidupan akademik mahasiswa.
LP: Apa saran kamu untuk mahasiswa dari Indonesia yang juga ingin kuliah di UK?
Sukirman: Tentu harus mengusai bahasa Inggris dan LoA. Selanjutnya, siapkan mental karena suasana akademik di sini sungguh sangat berbeda dengan di Indonesia. Teman-teman harus siap dengan deadline tugas bacaan dan tulisan yang diberikan oleh supervisor. Untuk program Ph.D. sebaiknya permantap pemahaman methodologi penelitian, karena tanpa dasar yang kuat teman-teman akan mengalami beberapa kesulitan nantinya terkait penelitian yang akan dilakukan. Namun, ada beberapa supervisor meminta kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah jika dianggap pemahaman dibidang tersebut belum cukup. (**)
