MAKASSAR, LAGALIGOPOS.COM – Kondisi politik di Sulsel jelang Pilgub 2018 masih diwarnai politik dinasti. Hal ini dianggap sebagai penyebab rendahnya kualitas demokrasi di Sulsel.
Mencermati Pilgub Sulsel 2018, calon kontestan yang mencuat berasal dari keluarga besar tertentu. Salah satu yang utama adalah dinasti Yasin Limpo dan dinasti Kahar Mudzakkar.
“Politik dinasti di Sulsel menunjukan kualitas demokrasi yang sangat pragmatis dan masih dominannya pemilih tradisional. Mereka memilih kandidat karena kecenderungan kedekatan suku, agama, kelompok pada figur kandidat,” kata Direktur Eksekutif Center for Information & Cultural Studies (CICS) Hidayat Nahwi Rasul dalam diskusi politik Warung Kopi Phoenam, Makassar, Senin (14/8/2017).
“Kita masih pesimis belum lahir aktor demokrasi yang berkualitas di Sulsel, politik klan di Sulsel akan membuat kita sulit menemukan keterwakilan kepentingan rakyat dan program pembangunan yang akan datang, dominasi klan tertentu di Sulsel membuktikan parpol tidak menjalankan fungsi pendidikan politik pada warga,” ujar Hidayat.
Hidayat juga mengatakan politik kekerabatan di Sulsel berkembang disumbang dari ketimpangan atau tidak meratanya distribusi pendapatan (Gini Ratio) warga perkotaan dan warga pedesaan di Sulsel dengan angka Gini Ratio 0,43 sesuai data BPS Sulsel, yang berdampak pada tingkat rasionalitas pemilih untuk menentukan sikap politiknya di Pilgub Sulsel mendatang.
“Dominasi pemilih tradisional di Sulsel akibat ketimpangan ekonomi, yang akan mengalahkan pemilih rasional. Ini akan berdampak pada rendahnya moralitas dan etika berpolitik di Sulsel,” pungkas Hidayat.