Palopo, Lagaligopos.com – Kekacauan hebat yang berujung pembakaran Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Palopo oleh penghuninya sendiri merupakan akumulasi berbagai masalah yang terjadi dalam Hotel Prodeo tersebut.
Hal ini diungkap HAB, Mantan penghuni Lembaga Pemasyarakatan tersebut pada tahun 2010 hingga 2013 lalu saat ditemui Lagaligopos, Selasa, 17 Desember 2013.
Menu makanan untuk para penghuni Lapas misalnya, tertera di papan informasi, namun yang disajikan tak sesuai dengan menu di papan informasi, “Hanya nasi kemudian ikan Bolu yang dipotong hingga beberapa kali, ” tutur HAB, “Kualitas berasnya juga tak layak konsumsi, sudah berwarna kuning dan kusam, padahal anggaran untuk konsumsi narapidana kan ada dan jelas,”
“Pengambilan kebijakan di Lapas sana juga tak adil,” lanjut HAB, ” Narapidana yang ditugaskan sebagai koki itu-itu saja, tidak pernah diganti, sehingga menimbulkan kecemburuan antar sesama napi, karena yang kenyang hanya napi koki tersebut,”
“Semestinya harus digilir, misalnya, hari ini yang bertugas sebagai koki adalah napi dari sel A, besoknya lagi sel B dan seterusnya, jangan orang yang itu-itu saja,” tuturnya lagi.
Menurut HAB, narapidana juga dipersulit untuk menjenguk keluarganya yang sakit atau meninggal dunia, aturan tentang remisi juga ditiadakan, hingga pembinaan keterampilan yang tak berjalan.
“Seharusnya kan napi dibina, sehingga jika keluar nantinya, mereka mempunyai keterampilan, tapi faktanya, pembinaan napi tak ada, yang ada paling Pemerintah Kota yang kerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu,” pungkas HAB
“Contoh selanjutnya, narapidana yang punya keterampilan, kalau tak salah, menurut PP 13 th 77, bisa diberdayakan keluar Lapas, namun hal itu tak pernah dilakukan,” ia melanjutkan.
HAB kemudian menceritakan rekannya yang divonis 2,6 tahun pada kasus yang sama dirinya. namus rekannya tersebut bebas berkeliaran diluar Lapas.
“Orang tersebut vonisnya sama dengan saya, tapi dia punya banyak uang, sehingga bebas berkeliaran diluar Lapas. Alasannya dia sakit, padahal orang sakit harusnya menginap di rumah sakit, namun dia kesana kemari dengan mobilnya,” tukasnya lagi.
“Orang tersebut berada didalam Lapas hanya selama kurang lebih 1 tahun, padahal semestinya 2,6 tahun.”
Akibat kekecawaan tersebut, HAB sempat melakukan protes sendirian dengan melempari ruang depan Lapas, “Masa penahanan saya sisa 20 hari saat itu, akibat melempar, saya dipukuli oleh petugas. Kemudian setelahnya, teman-teman napi lain ikut melempar,”
Pembebasan bersyarat yang harusnya tanpa uang, tapi di Lembaga Pemasyarakatan itu, sejumlah oknum petugas Lapas meminta uang kepada para narapidana.
“Termasuk saya, saat pembebasan bersyarat, dimintai uang, saya kemudian membayar 1, 5 juta kepada petugas Lapas,” tandas HAB. (Fz)