FOTO

Sekolah Pertama di Palopo Tahun 1907

Ket: COLLECTIE TROPENMUSEUM, Volksschool te songka bij Palopo 1935

LAGALIGOPOS.COM – Pada awal abad ke 20, Pemerintah Hindia Belanda mulai menaruh perhatian besar terhadap pendidikan dan pengajaran di wilayah jajahannya.

Pembangunan bidang pendidikan ini didukung dengan keputusan Pemerintah Hindia Belanda di Batavia yang menginstruksikan pendirian sekolah di kota-kota utama dari kerajaan taklukan.

BACA JUGA: La Galigo Bukan Kitab Bugis

Pada tahun 1903, dikeluarkan peraturan mengenai pendidikan sekolah desa dengan lama pendidikan tiga tahun. Namun dengan demikian, barulah pada 1907, usaha pengembangan pendidikan bagi penduduk pedesaan di Tana Luwu dimulai.

Sampai pada tahun 1910, di wilayah ini telah terdapat 3 sekolah melayu (inlandsche school) dan 10 sekolah rakyat/desa (volks school).

Upaya pengembangan pendidikan di Tana Luwu mendapat resistensi dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan sangat sedikitnya murid yang masuk menjadi peserta didik.

Beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya murid di sekolah-sekolah tersebut adalah karena penduduk Tana Luwu masih curiga terhadap tujuan sekolah tersebut. Ada yang menganggap, murid yang bersekolah akan dijadikan tentara Belanda dan sebagian akan dibawa ke Belanda.

Suasana pasca perang juga membuat anak-anak enggan memasuki sekolah yang didirikan Belanda yang baru saja menembaki ayah atau keluarga mereka.

Peperangan itu telah menimbulkan prasangka negatif terhadap kegiatan Belanda. Anak-anak yang masuk sekolah yang didirikan Belanda mayoritas adalah anak-anak dengan latar belakang keluarga pegawai pemerintah, pedagang besar dan bangsawan yang lebih pro Belanda.

Sekitar tahun 1925, dengan semakin banyaknya sekolah yang dibangun, sejumlah volks school mengalami kekurangan tenaga pengajar. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, Pemerintah Belanda menerima tamatan inlandsche school dan terutama tamatan vervolg school sebagai guru magang.

Vervolg school merupakan sekolah lanjutan bagi tamatan volks school. Jika inlandsche school merupakan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan untuk kelas 1-5, volks school kelas 1-3, maka vervolg school sendiri merupakan lanjutan volks school yakni menyelenggarakan pengajaran kelas 4-5.

Mutu lulusan vervolg school lebih baik dibanding tamatan indlandsche school. Hal ini disebabkan karena semua murid vervolg school merupakan tamatan volks school yang mempunyai kemampuan terbaik dan keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan.

Murid vervolg school juga banyak berasal dari juara-juara dari volks school yang ada di desa-desa di wilayah Tana Luwu. Untuk 8 volks school tersedia hanya 1 vervolg school sebagai sekolah lanjutan. Penyelenggaraan vervolg school ini sendiri diawasi langsung oleh zelfbestuur.

Perkembangan selanjutnya di masa awal-awal pengembangan pendidikan di Palopo adalah berdirinya sebuah sekolah islam (Madrasah Al Falah) yang dikenal dengan sekolah arab.

Sekolah ini didirikan pada tahun 1923 oleh Syekh Mahmud Al Jawad, seorang bekas Mufti Madinah.

Sekolah ini juga disponsori oleh Andi Cicu dan dalam penyelenggaraan pendidikannya mendapat bantuan dari pihak kedatuan. Salah satu guru sekolah arab yang tersohor adalah Haji Muchtar.

Pada masa pendudukan Jepang, semua kegiatan sekolah swasta dihentikan. Pendidikan terbengkalai karena Jepang lebih mengutamakan pendidikan militer. Hal ini dilakukan dalam rangka persiapan Perang Pasifik yang akan dihadapi Jepang.

Sumber: palopoheritage

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top