BERITA PILIHAN

Sagu dan Peradaban

MASAMBA, LAGALIGOPOS.COM – Luwu Utara (Lutra) adalah salah satu daerah penghasil komoditi sagu terbesar di sulawesi selatan. Pada tahun 2015 Luwu Utara menghasilkan 1.388 ton Sagu (Tabaro).

Namun setiap tahun, produksi sagu di Luwu utara mengalami penurunan. Komoditi andalan masyarakat ini terancam punah.

Padahal, tingkat konsumsi sagu setiap tahun meningkat. Namun, pada sisi lain, luas lahan sagu setiap tahun justru berkurang drastis, ini karena terjadinya peralihan fungsi lahan dan juga desakan modernisasi. Mungkin, 40 atau 50 tahun kedepan tanaman sagu akan punah di luwu utara.

Karena kegelisahan itu pemuda Lesangi tergerak menampilkan parade simbolik dalam karnaval budaya pada peringatan HUT kemerdekaan RI ke 71 di Masamba.

Dengan bebusana daun sagu, sejumlah pemuda Lesangi seakan memberi pesan bahwa sagu bukan hanya makanan, ia juga adalah kebudayaan. Maka, jika sagu punah maka manusia pun terancam.

Makanan, kata Louise Fresco, petinggi di Unilever, dalam tradisi kita adalah sesuatu yang suci. Ini bukan tentang nutrisi dan kalori saja. Ini tentang berbagi. Ini tentang kejujuran. Ini tentang identitas.

”You are what you eat.” Atau, ”Every food has its own story.” Ungkapan-ungkapan ini menegaskan bahwa makanan adalah identitas, tak lepas dari unsur sejarah dan budaya. Dalam makanan, kita bisa mengenali akar-akar sejarah dan budaya suatu bangsa.

Kata novelis asal Ceko, Franz Kafka, ”So long as you have food in your mouth, you have solved all questions for the time being”. Karena itu urusan Sagu jagan sampai salah urus.

Reporter: Ryan
Editor: Rima Tumbo

5 Comments

5 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top