EDITORIAL

Pilgub Sulsel 2018, Mengapa Figur Luwu Raya Banyak di Lirik?

Azis Qahar Mudzakkar, Andi Mudzakkar, dan Andi Maradang Mackulau duduk satu meja diacara KKL Raya, Makassar (30/7/2017)

EDITORIAL, LAGALIGOPOS – Dua bersaudara putera Tana Luwu, Aziz Qahar Mudzakkar dan Andi Muzakkar (Cakka) telah mendeklarasikan diri untuk bertarung di pemilihan gubernur Sulawesi Selatan, 2018 mendatang.

Aziz berpasangan dengan Nurdin Halid, sedang Cakka bertandem dengan Ichsan Yasin Limpo. Selain kedua tokoh itu, sejumlah lain figur dari Luwu Raya juga dilirik pada gelaran lima tahunan ini.

Adalah dua anggota DPR RI, Luthfi Andi Mutty dan Aliyah Mustika Ilham, yang juga mengemuka beberapa bulan terakhir. Luthfi adalah mantan bupati Luwu Utara dua periode. Aliyah, yang merupakan istri mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, juga adalah politikus berdarah Malangke, Luwu Utara.

Asran Salam, Direktur lembaga konsultan politik La Macca Institut, menerangkan secara geo-politik, Sulawesi Selatan terbagi dalam empat kekuatan. Yakni, Bosowa, Selatan-selatan, Ajatappareng dan Luwu Raya.

Luwu Raya, ujar mantan peneliti The Major ini, memiliki identitas sosial dan budaya yang dapat menjadi pemersatu. Sehingga, secara kalkulasi politik pemilik suara dari wilayah ini cenderung solid. “Inilah yang menjadi salah satu magnet diliriknya figur Luwu Raya dibanding wilayah lain,” ungkapnya.

Menilik data daftar pemilih tetap (DPT) 2014, jumlah pemilih di empat kabupaten kota se- Luwu Raya adalah 557.304. Ini merupakan jumlah DPT terbanyak ketiga setelah Kota Makassar dengan 1.005.446 dan Kabupaten Bone 559.723. Gowa sendiri di posisi keempat dengan 509.002 DPT.

“Bayangkan jika figur asal Bosowa misalnya berpasangan dengan figur Luwu Raya, atau selatan-selatan dengan Luwu Raya, tentu menjadi kekuatan besar dalam pilgub, kan.” kata pria menjadi salah satu konsultan politik Cakka di Pilkada 2013 ini.

Dipilihnya Cakka oleh Ichsan tak lepas dari pertimbangan tersebut. Kemungkinan besar, sambung Asran, jika Ichsan lebih memilih tokoh non-Luwu semisal Rusdi Masse ketimbang Cakka, maka konstituen Luwu Raya akan solid ke Aziz dan Nurdin. “Jadi tujuannya untuk memecah suara,” lanjutnya.

Apalagi, sambung Asran, Cakka memiliki karakter yang diinginkan Ichsan, Melihat kepemimpinannya di Gowa dalam dua periode, Ichsan cenderung memilih wakil yang bekerja tanpa terlalu banyak bicara. “Cakka memenuhi kriteria Ichyan,” jelasnya.

Ketimbang Rusdi Masse atau Luthfi, menurut Asran, secara politis Cakka juga bukanlah calon kompetitor Ichsan dikemudian hari. “Berbeda dengan Lufhfi atau RMS yang kuat secara politik dan modal, yang bisa digunakan melawan Ichsan pada Pilgub selanjutnya misalnya, Cakka tidak demikian”.

Dosen komunikasi IAIN Palopo, Aswan, mengamini pernyataan Asran. Alumni Universitas Hasanuddin ini membeberkan, figur Luwu Raya memang diminati karena pertimbangan geo-politik dan marketing politik. “Ini juga bagian dari kerja marketing politik.”

“Kahar adalah salah satu Leader Brand politik yang masih sangat laku dijual di masyarakat Sulsel. Brand yang memimpin pasar cenderung untuk tetap menjadi leader dalam pasar. Ini juga yang menjadi sebab Luthfi selalu kalah populer dibanding Azis atau Cakka,” terangnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top